Banyak studi menunjukkan betapa kenangan masa kecil terekam
kuat dalam memori manusia dewasa.
Ingatan mereka merekam saat-saat kebersamaan sebagai kenangan tak
terlupakan, bukan uang atau barang yang pernah mereka terima. Kenangan terbaik
masa kanak-kanak kita hampir tidak pernah berhubungan dengan uang atau barang,
namun memberi perhatian dengan kebersamaan menjalani aktivitas bersama
orang-orang terkasih. Kalaupun nama barang atau uang disebutkanakan, itu lebih
sebagai symbol perhatian, serta pelengkap saat-saat kebersamaan yang mereka
nikmati.
Sayangnya, banyak diantara kita yang tidak menyadari
pentingnya menyediakan waktu untuk keluarga. Masyarakat materialis di sekitar
kita membawa pesan belanja yang akut. Menimbulkan kesan bahwa membeli barang
adalah symbol kesuksesan hidup. Kemudian banyak orang tua yang kehilangan rasa
percaya diri dan merasa bersalah ketika tidak bias memenuhi permintaan salah
satu anggota keluarga tentang suatu barang atau uang. Padahal mereka memiliki
hal yang jauh lebih berharga daripada pemberian barang-barang kepada anak dan
istri, yaitu diri dan waktu mereka.
Kebersamaan adalah awal dari sebuah komunikasi yang efektif.
Jika ia berjalan dengan kuantitas dan kualitas yang terjaga, komunikasi antar
anggota keluarga akan membaik bersamaan dengan berjalannya waktu. Dengan kebersamaan,
kita akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk berbicara dan mengenal anggota
keluarga yang lain lebih mendalam. Lebih berpeluang untuk berbicara dari hati
ke hati, yang akan memper-erat hubungan emosional antar sesame anggota
keluarga.
Perasaan tidak nyaman yang mungkin timbul dalam proses
kebersamaan dengan anggota keluarga menemukan tempat untuk disalurkan. Rasa
tidak puas, juga amarah yang tertahan hingga menyesakkan dada seringkali
menjadi penyebab perceraian jika tidak diselesaikan. Dengan kebersamaan akan
menjadi alat untuk menguraikan pelan-pelan, mengasah kepekaan dan membangun
hubungan emosional yang lebih sehat.
Pernahkah anda mendengar tentang pasangan yang akhirnya bercerai meski mengaku masih
saling mencintai dan tidak memberci pasangannya? Mereka hanya tidak terhubung
secara emosional. Tidak lagi saling peduli akan kebutuhan ‘rasa’ yang mulai
hambar, serta energi untuk bertahan yang mulai melemah dan pudar.
Para pembunuh berdarah dingin , pelaku tindak kriminal, para
remaja yang ‘nakal’, hingga orang-orang yang stress dan depresi banyak kita
temukan di sekitar kita. Mereka memiliki cirri yang hamper sama, terisolasi
dari lingkungan, merasa kesepian, dan terasing dari orang-orang terdekatnya.
Mereka kehilangan hubungan emosional yang dalam dan menyehatkan mental.
Mungkin mereka memiliki rumah yang megah, perabotan mewah,
mungkin juga ibu dan ayah, namun mereka terasing di tengah semua yang ada. Mereka kehilangan meski terlihat memiliki, dan
meski tinggal bersama, sebenarnya mereka kesepian dan sendiri.
Kebersamaan yang baik menjadi penawar semua masalah itu.
Komunikasi yang terjalin, kehangatan yang tercipta, serta kenyamanan yang
dirasa, membuat seluruh anggota keluarga menjadi saling menghargai kehadiran,
menajamkan kepekaan akan perasaan orang lain, hingga perasaan diterima dan
dicintai. Membuat seluruh anggota keluarga merasa ‘terhubung’. Selain itu,
kebersamaan yang positif akan menumbuhkan kerukunan, meski kadang diselingi
dengan perbedaan pendapat. Para anggota keluarga juga akan dapat mengembangkan
jati diri sebagai manusia yang memiliki akar dan tempat di dalam sejarah
keluarga yang patut dibanggakan. Tidak tercampakkan dan kehilangan jejak
sejarah.
Secara alamiah, hubungan personal akan semakin membaik dari
hari ke hari, dari waktu ke waktu. Hal yang bahkan tidak ditemukan oleh banyak
keluarga ada di saat kebersamaan yang biasa dinikmati oleh seluruh anggotanya.
Marilah para pemimpin keluarga, kita tumbuhkan aktivitas bersama dengan anggota
keluarga yang fleksibel dan tidak kaku. Yang positif dan sehat, sebab ini
adalah sebuah kebutuhan, kuantitas maupun kualitasnya.
Mari menikmati kebersamaan keluarga, siapa mau??