Prinsip dasar sekularisme adalah memisahkan kehidupan dari
agama. Sekularisme merupakan gerakan kemasyarakatan yang bertujuan memalingkan
perhatian manusia dari akherat dan mengarahkannya kepada dunia saja.
Sebagian dampak sekularisme itu dapat kita rasakan saat ini.
Tersebarnya kerusakan moral tak hanya di kalangan remaja, bahkan orang tua yang
telah berkeluarga. Yang lebih mengkhawatirkan,
dekadensi moral itu telah disemai benihnya sejak anak-anak pendidikan
dasar. Kerusakan moral di kalangan remaja ditandai dengan banyaknya remaja yang
telah melakukan hubungan seks pra nikah.
Dengan banyaknya kasus beredarnya
video-video mesum pelajar kita, membuktikan dampak sekularisme sudah sangat akut
di negeri kita ini. Berdasarkan sebuah penelitian, angka itu mancapai 80%,
tetapi angka 80% itu merupakan angka yang telah di-reduksi, sekedar
menggambarkan bahwa jumlah prosentase kerusakan itu telah melampaui setengah.
Menurut mereka, angka sesungguhnya jauh lebih besar.
Kerusakan juga terjadi di kalangan kelompok dewasa yang telah
berada dalam ikatan rumah tangga. Ini menandakan kehancuran institusi rumah
tangga. Rumah tangga sebagai unsur terkecil pembentuk masyarakat telah
digerogoti eksistensinya oleh serangan sistematis paham sekularisme-liberal. Tanpa
disadari , kerusakan institusi keluarga ini membawa dampak berantai yang
menyebabkan keretakan hubungan suami-istri, terbuainya ikatan kekeluargaan,
terabaikannya hak-hak anak baik pendidikan maupun kasih sayang.
Efeknya, anak-anak merasa tidak nyaman di rumah, mereka
mencari komunitas senasib di luar rumah, atau mencari kesenangan sendiri tanpa
bimbingan dan tanpa kontrol. Dari sini kerusakan lebih lanjut bermula.
Anak-anak ini tanpa bimbingan dan pendampingan dari orang tua mengakses
informasi sendiri, tanpa dapat memilah yang bermanfaat dari yang membahayakan,
tidak dapat membedakan yang baik dari yang buruk, belum mengerti mana yang
merupakan kenyataan dan mana yang bukan. Kita lihat adanya kelompok anak punk
yang hidup di jalanan tanpa arah dan tujuan yang jelas kecuali untuk kesenangan
sesaat. Mereka tak sadar bahwa tindakan mereka hari ini dapat merusak masa
depannya kelak.
Menjadi orang tua tidaklah se-sederhana seperti jaman dahulu,
sekarang para pendidik, terutama para orang tua harus menghadapi kekuatan besar
yang akan menenggelamkan nilai-nilai moral yang telah diajarkan di rumah.
Bagaimana tidak, setiap hari diluar sana mereka dapat memperoleh informasi
negative yang mengusung kebebasan dan merusak. Dari media ataupun
lingkungannya.
Ketika mereka tersesat di situs-situs porno dengan
mememukannya sendiri atau mendapat informasi dari teman atau dengan cara lain,
menontonnya sendiri atau bersama dengan teman-temannya, terus mengulanginya
sehingga mengalami kecanduan. Kerusakan yang lebuh dahsyat dimulai. Kecanduan
anak-anak di bawah umur kepada pornografi jauh lebih merusak dibandingkan
kecanduan kepada rokok, minuman keras dan narkoba.
Kenyataan
pahit ini saya temukan ketika mengajar sebuah SMP swasta 2 tahun lalu. Dimana
pornografi telah menjadi konsumsi rutin bagi anak-anak, mereka tidak akan dapat
lagi berkonsentrasi dalam pelajaran. Kebanyakan anak-anak ini akan sibuk dengan
hayalannya sendiri, pasif dan tertinggal jauh dari teman-temannya yang lain.
Ketika mereka dipaksa konsentrasi, mungkin sesaat bias memahami apa yang
dijelaskan, tetapi ingatan itu hanya bertahan saat itu saja, dilain hari tak
ada yang tersisa dalam ingatannya kecuali hayalan sesatnya. Lain lagi dengan
anak-anak lain yang tidak mendapatkan kasih saying orang tuanya di rumah, di
sekolah cenderung menjadi trouble maker.
Lanjutkan membaca ....